Kamis, 14 Juli 2011

10 Unsur Kepribadian Seorang Pemimpin

Kepercayaan sangat penting dalam membangun hubungan dengan pihak lain, terutama dalam upaya mengelola beragam kepentingan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kepercayaan menjadi landasan dan nilai-nilai yang menopang kesediaan semua pihak untuk berdialog, menerima dan melakukan rekonsiliasi.

Kepercayaan akan membentuk persepsi positif terhadap orang lain bahkan pihak-pihak yang bersengketa. Membangun kepercayaan menjadi penting manakala setiap pihak membutuhkan suatu kerangka penyelesaian jangka panjang.

Dengan kata lain, kepercayaan harus dibangun sebagai langkah awal untuk menemukan cara penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik. Sebab, tanpa kepercayaan, kedamaian akan sulit dibangun.

Berikut diuraikan sepuluh unsur kepribadian seorang pemimpin yang dapat dipercaya yang disarikan dari berbagai pengamatan pola komunikasi dan pergaulan pribadi para tokoh pemimpin dunia dan orang-orang sukses. 

1. Menjaga Reputasi dan Karakter

Dalam hal ini, karakter sangat berkaitan dengan kapasitas personal dan kenyataan. Karakter menyangkut innate image sementara reputasi menyangkut social image. Mengutamakan innate image ini berarti being true to yourself, jujur terhadap diri sendiri atau menjadi otentik. Menjadi diri sendiri merupakan cara efektif untuk dapat membangun integritas. Reputasi (fame) merupakan pendapat umum—orang lain tentang karakter atau kualitas diri Anda. Sulit untuk mengontrol pendapat orang lain tentang diri Anda tetapi yang bisa dilakukan mengontrol apa yang Anda lakukan yang akan membentuk dan menjadi kesimpulan pendapat orang lain.diperlukan untuk menanamkan kepercayaan orang lain terhadap Anda selama dunia atau pekerjaan membutuhkan keterlibatan orang lain. Reputasi positif yang telah Anda bangun menjadi bagian penting dari modal personal Anda untuk memperkuat dan meningkatkan kredibilitas. Reputasi juga sangat penting bagi pemimpin untuk mendukung dan meyakinkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk mempertimbangkan pandangan dan pendapat dalam mengupayakan penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.

2. Menepati Janji dan Tepat Waktu

Janji merupakan bentuk ujian bagi seseorang untuk menepatinya. Pemenuhan janji menjadi salah satu parameter seseorang dapat dipercaya. Mudahnya orang mengumbar janjipun akan menurunkan tingkat kepercayaan. Janji dan tepat waktu merupakan salah satu bukti penting bahwa seseorang mampu memegang amanat dan tanggungjawab yang diberikannya. Tidak melakukan pengingkaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama. Semua beban tugas yang diemban pemimpin sebagai suatu bentuk kepercayaan yang harus dijaga sekuat tenaga dengan kemampuan mengelola sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan, yaitu waktu. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan hasil kerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan menjadi kunci sukses membangun kepercayaan dalam komunitas. Menghargai kesepakatan dan waktu merupakan cermin kekuatan personal Anda untuk dipercaya dan diberikan tanggung jawab dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.

3. Melayani dan Memberi

Seorang pemimpin tidak hanya memiliki kecerdasan dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan saja, lebih dari itu memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain terhadap keputusan atau kesepakatan yang dibuat oleh berbagai pihak. Kepribadian seorang pemimpin lebih banyak memberikan pelayanan dan lebih banyak memberi kepada orang atau komunitas yang dipimpinnya. The more you give to others, the more respect you get in return. Agama mengajarkan memberi (shadaqah) itu akan membuka pintu-pintu kebaikan baik di langit dan dibumi dan Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas kebaikan itu dengan berlipat ganda. Demikian sebuah nilai penghormatan terhadap orang yang banyak memberi dan berlaku baik terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang dipercaya justru lebih banyak menjadi pelayan masyarakat bukan sebaliknya. Oleh karena itu, memberi dan melayani merupakan bentuk cetak biru diri dan sukses dalam kehidupan.

4. Membuka Diri terlebih Dahulu

Kepercayaan tidak datang begitu saja tanpa keterbukaan diri terhadap orang lain atau pihak-pihak yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Keterbukaan tidak saja merujuk pada cara berfikir (open mind) tetapi menunjukan sikap menerima orang lain (respect) untuk masuk dalam lingkungan Anda. Pernah Anda bertemu orang yang banyak bertanya hal-hal bersifat pribadi tentang orang lain namun tidak pernah mau membuka dirinya sendiri. Orang seperti ini umumnya hidup dalam ketakutan dan kecurigaan. Kemungkinan sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan orang lain, karena dua hal ini merupakan lawan dari unsur yang membangun kepercayaan. Rasa percaya dan kebesaran hati untuk membuka diri terhadap lawan bicara atau semua pihak yang terlibat dalam suatu pekerjaan merupakan cermin bahwa kita nyaman dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi. Siapapun akan melakukan transaksi sosial atau bisnis sekalipun dengan orang-orang atau mitra yang terbuka. “Siapa yang mau bekerjasama dengan orang yang misterius”.

5. Bekerjasama dan Membina Hubungan Baik Dengan Orang Lain

Pemimpin yang senang membangun relasi dan kerjasama baik dengan berbagai pihak akan sangat membantu dalam mendorong upaya penyelesaian konflik yang dihadapi oleh kelompok atau masyarakat. Seorang pemimpin juga harus mampu membangun tim yang kuat untuk mewujudkan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Bangunan tim yang baik didasarkan adanya kesepahaman dan kekuatan jalinan hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dan tugas yang jelas. Loyalitas dibangun bukan hanya karena respon terhadap posisi tetapi lebih pada dorongan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga. Bekerja dalam tim sebagai wahana untuk membangun kepercayaan di antara anggotanya. Setiap orang akan memahami posisi dan tugasnya dengan baik serta bagaimana sikap yang mampu mendorong kinerja lebih baik. Demikian halnya, seorang mediator tidak terlepas dari kemampuan dalam menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang berbeda bahkan bertentangan. Kepercayaan dibangun melalui kesiapan menjadi seorang ‘team makers’, kesediaan seseorang untuk memberikan fokus dan perhatian kepada orang lain, memberikan kepercayaan, investasi dalam diri orang lain, dan hubungan yang sinergis.

6. Integritas Diri

Integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan. Secara sederhana integritas diwujudkan dalam bentuk kejujuran. Integritas dapat diartikan bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan, nilai, moral dan kode etik yang berlaku. Integritas dapat dipahami dari makna huruf menjadi kata bermakna. Jadi, bila kata tersebut disusun kedalam suatu untaian kalimat yang bermakna, maka pemahaman INTEGRITAS yaitu manusia secara sadar membuat (I)krar dengan membangun (N)iat sebagai keinginannya secara ihklas untuk meningkatkan kedewasaan (E)mosional agar memberi (G)una kedalam pikiran (R)asional dengan berbuat (I)hsan bakal memperoleh kebaikan duniawi yang berlandaskan dengan (T)aqwa, (A)manah dan (S)abar dalam bersikap dan berperilaku.

7. Daya Tahan Terhadap Tekanan

Dengan beban kerja yang ditanggungnya, pemimpin harus mampu melakukan fungsinya secara optimal terutama dalam memperkuat sendi-senid dasar masyarakat dalam menemukan pola menyelesaikan konflik dan menjaga perdamaian secara permanen. Disamping itu, pemimpin harus memiliki daya tahan terhadap tekanan berbagai pihak menyangkut upaya pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus tahan terhadap tekanan akibat krisis dan mampu menemukan jalan keluar pada saat terjadi situasi sulit. Tanggung jawab terhadap beban tugas yang sangat berat dapat memicu stress dan ketidaknyamanan. Sehingga orang lain akan percaya bahwa Anda termasuk orang yang memiliki daya tahan terhadap beban dan situasi sulit. Tanpa kemampuan menerima tekanan, seorang pemimpin sulit untuk memperoleh kepercayaan dari orang lain dan akan mudah membuat kesalahan. Hal ini akan merugikan diri sendiri dan orang yang dipimpinnya.

8. Berani Menanggung Resiko

Syarat menjadi seorang pemimpin yang dapat dipercaya tidak terlepas dari posisi dan kedudukannya dalam menghadapi beragam kemungkinan yang bersifat positif maupun negatif baik terhadap dirinya maupun tim yang dipimpinnya. Positif berarti keberhasilan atas sesuatu yang memberikan manfaat bagi kepentingan orang banyak, sedangkan negatif setiap keputusan dan tindakan akan berakibat pada kerugian. Pengambilan keputusan dengan cepat-cermat-tepat termasuk kesiapan mental terhadap kemungkinan terburuk dari keputusan itu sebagai kemampuan menanggung resiko. Manusia hidup tentu dengan tantangan dan resiko baik dalam pekerjaan, keluarga, pendidikan dan bermasyarakat. Resiko merupakan ujian seorang pemimpin untuk lolos dari berbagai tekanan yang menjadi bagian dari keputusan tentang dirinya dan orang atau lembaga yang dipimpinnya. Resiko yang dihadapi bagi pemimpin adalah batu loncatan untuk sukses menjadi orang yang dipercaya.

9. Memberikan yang Terbaik

Sebagai ujung tombak terdepan yang langsung berhubungan dengan masyarakat dalam melaksanakan amanah kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjanya dengan memberikan pelayanan terbaik untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Memberikan yang terbaik terkait dengan hasil kerja dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi antar unit dan semua pihak sehingga seluruh potensi yang ada dapat terarah dan terpadu. Setiap masalah yang dihadapi dapat diselesaikan secara bersama.

10. Komitmen yang Tinggi

Komitmen memberikan penekanan pada proses untuk mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan, dan tujuan. Komitmen sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap orang lain, kelompok, tim atau masyarakat, lebih dari itu menyiratkan hubungan antarpribadi, antarkelompok dan pihak lainnya dalam menyelesaikan konflik secara aktif. Seorang pemimpin yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan tim. Komitmen mencakup sasaran spesifik, rancangan bersama, dan tujuan yang bermakna.

Bahan Bacaan

-Pendekatan Membagun Kepercayaan

*Kedekatan Fisik, Morelan dan Zajone (1982) mengungkapkan bahwa intensitas kedekatan melalui pertemuan merupakan salah satu alasan kuat orang saling menghargai dan saling menyukai sehingga mereka dapat saling percaya (asalkan reaksi awalnya tidak negatif). Anda cenderung lebih percaya pada orang yang secara fisik bisa dilihat (dibandingkan dengan orang yang belum pernah dikenal sama sekali). Membangun kedekatan fisik membutuhkan komitmen yang cukup tinggi untuk sering bertemu, dan berkomunikasi. Fenomena ini banyak dimanfaatkan oleh para pekerja sosial dalam menjalankan misi kemanusiaan. Tingkat kehadiran dan pertemuan yang intensif dalam masyarakat mendorong pihak-pihak yang dilayaninya lebih dekat memberikan kepercayaan. Masyarakat akan cenderung lebih memilih untuk menerima pandangan atau gagasan orang-orang yang sudah dikenal dibandingkan dengan tawaran baru dari orang yang tidak dikenalnya. Masyarakat memiliki kecenderungan percaya pada orang yang secara fisik hadir dikenal baik daripada orang asing yang belum pernah dilihat. Jadi untuk membangun kepercayaan, langkah awal yang perlu dilakukan melalui pertemuan, dialog, komunikasi terbuka, wawancara indepth, bertemu dan memperkenalkan diri, dan kunjungan. Misalnya dengan melakukan kunjungan ”silahturahmi” secara fisik ke klien. Kunjungan tidak harus selalu bertujuan untuk melakukan sosialisasi program baru, tapi membangun kepercayaan melalui kedekatan fisik (dengan menanyakan apakah ada keluhan terhadap program pemberdayaan yang dilakukan dalam kelompok, layanan kesehatan, produk yang dikonsumsi, atau menggali kebutuhan lain.

Kedekatan fisik selanjutnya bisa dipererat melalui percakapan, komunikasi, dialog, atau diskusi. Jika Anda sering berkunjung, hanya sekedar melihat situasi saja, tidak pernah saling berkomunikasi secara personal. Anda tidak akan pernah mengenalorang lain dengan lebih baik. Sebaliknya mereka juga tidak bisa mengenal Anda dengan lebih baik. Orang yang tidak saling mengenal, cenderung tidak saling percaya. David J. Lieberman dalam bukunya Get Anyone To Do Anything mengatakan bahwa komunikasi menciptakan rasa saling percaya, dan memungkinkan Anda sebagai pemimpin untuk membangun jembatan psikologis dengan orang lain. Komunikasi yang dimaksud di sini tentu saja komunikasi dua arah, yaitu yang mencakup tindakan menyampaikan pendapat, informasi dan menerimanya. Hal penting yang perlu dilakukan Anda dengan membangun komunikasi yang tulus sehingga orang lain bisa mengerti apa yang menjadi maksud dan tujuan Anda. Sebaliknya Anda bisa mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain.

*Kedekatan Intelektual, Kedekatan fisik saja tidak cukup untuk membangun kepercayaan. Kemampuan intelektualpun menjadi penting untuk meningkatkan kualitas kedekatan fisik yang telah terbangun. Kedekatan intelektual perlu diterapkan juga agar kepercayaan tidak hanya pada permukaan saja, tapi mampu mempengaruhi pola berfikir orang lain. Sasaran kedekatan intelektual berupa keinginan untuk dimengerti. Jika kondisi saling mengerti bisa diciptakan maka kepercayaan akan lebih mudah dibangun antara kedua belah pihak. Kedekatan intelektual bisa dikembangkan dengan mencari kesamaan pengalaman, keahlian dan bahasa yang digunakan.

Kedekatan intelektual melalui kesamaan pengalaman terkait dengan kemampuan menyatukan pemikiran diri dan orang lain terhadap realitas yang terjadi atau dihadapi. Pengalaman merupakan dasar sebuah pengetahuan yang akan mewarnai tindakan dan keputusan yang diambil. Pengalaman bisa digali dari lingkungan sosial dan budaya yang serupa. Misalnya dalam membentuk opini publik tentang peraturan atau kebijakan tentang otonomi dan peraturan daerah lainnya yang memperngaruhi perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat. Kedekatan pengalaman karena pertemuan, berbagai kesamaan tempat, kebiasaan, harapan dan tujuan. Fenomena David J. Lieberman menjelaskan mengapa dua orang yang baru saja berkenalan bisa langsung akrab dan saling percaya. Fenomena ini juga dimanfaatkan oleh para pebisnis untuk membidik pasar yang memiliki pengalaman sama. Misalnya, stasiun televisi menyajikan acara dengan seorang pemandu sesuai dengan karakteritik pendengar baik usia maupun tingkat pendidikan akan lebih mudah diterima dan lebih dapat dipercaya dari pada presenter yang usianya jauh berbeda. Kesamaan bahasa akan membentuk pengalaman yang menentukan kualitas hubungan. Misalnya seorang arsitek yang menjelaskan konsep desain dengan bahasa teknis arsitektur tidak akan dimengerti oleh pemilik rumah yang tidak mempunyai latar belakang perencanaan. Jika seorang pemilik toko komputer yang juga ahli komputer mencoba menjual komputernya kepada calon pembeli dengan bahasa teknis pemograman, maka sudah pasti calon pembeli (yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan di bidang komputer) tidak akan mengerti manfaat ataupun keunggulan yang dipaparkan oleh supplier itu. Hasilnya mudah ditebak, sang pasien tidak mau lagi berkunjung ke dokter yang sama (karena tidak mengerti apa yang dikatakannya), pemilik rumah akan mencari arsitek lain yang bisa lebih memahami apa yang menjadi keinginannya, dan calon pembeli komputer akan mencari toko lain yang bisa lebih mudah menerangkan manfaat ataupun spesifikasi dari komputer yang akan dibelinya.

Dalam membangun kepercayaan di tingkat komunitas, hal pertama yang perlu dibangun menyangkut pengertian tentang tujuan dan harapan yang hendak dicapai. Tanpa adanya ‘saling mengerti’ tidak akan ada ‘saling percaya’. Gunakan bahasa yang dapat menyamakan pemahaman terhadap orang lain atau lawan bicara Anda sehingga apa yang diinformasikan dapat diterima dan dimengerti sekaligus Anda menjadi orang yang dipercaya.

*Kedekatan Emosional, Kedekatan fisik dan intelektual memang perlu dibangun, tetapi yang paling penting adalah mempertahankan kedekatan secara emosional. Kedekatan emosional yang membuka kunci ”kepercayaan” orang lain. Tanpa adanya kedekatan ”emosional”, rasa percaya tidak akan pernah ada. Kedekatan emosional bisa muncul jika ada rasa saling menyukai, keinginan untuk saling membantu, dan ketulusan untuk saling menghargai, saling menyukai.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa orang cenderung akan lebih mempercayai orang yang disukai, sebaliknya akan cenderung menyukai orang yang juga menyukainya.
(*)Rasa saling menyukai dimulai dari saling pengertian diantara dua pihak. Jika tidak, maka rasa saling percaya juga tidak dapat tumbuh. Dua orang yang saling menyukai akan saling mendukung, saling berusaha melakukan yang terbaik.
(*)Rasa saling percaya. Dengan demikian jika Anda berusaha untuk disukai, tunjukanlah secara halus dan tidak memaksa. Tunjukkan bahwa Anda menyukai mereka (menghargai, memberikan perhatian dan menghormati mereka). Jika Anda tahu bahwa ada orang lain yang menyukai Anda, maka Anda secara emosional akan cenderung lebih membuka diri kepada orang itu.
(*)Rasa saling menolong. Seseorang akan memiliki tingkat kepercayaan jika orang tersebut pernah memperoleh kebaikan dan ketulusan. Namun, pertolongan ini hanya dilakukan satu arah saja (dari satu pihak saja), akan terjadi ketidakseseimbangan dalam hubungan, yaitu satu pihak (yang ditolong) bisa saja percaya pada pihak lain (yang menolong), tetapi tidak sebaliknya. Jadi, agar kita bisa saling percaya, Anda perlu juga memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk menolong Anda. Fenomena ini diungkapkan Michael Dell pemilik merk komputer ternama dalam membangun bisnisnya. Michael Dell memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk menentukan sendiri spesifikasi produk komputer yang akan dibelinya, dengan memasukkan spesifikasi tersebut pada form pembelian komputer secara online.
(*)Saling menghargai, Jika seseorang memfokuskan usaha untuk membuat orang lain menghargai dirinya, maka akan menghadapi banyak kesulitan. Setiap manusia akan selalu berusaha menjadi sosok yang sempurna di mata orang lain agar dihargai. Sebagai manusia yang tidak sempurna tentu memiliki kelemahan. Sebaliknya, jika Anda memfokuskan usaha untuk menghormati orang lain (pendapat mereka, ide, gagasan, masukan, nasihat, keluhan, dan harapan masyarakat), maka akan lebih mudah bagi Anda untuk membuat masyarakat menghargai Anda. Menghargai orang lain dan mendengarkan dengan sabar keluhan masyarakat, antusias terhadap masukan yang diberikan, memanfaatkan ide yang diusulkan, maka orang lain merasa bahwa Anda menjadi orang yang dapat mereka percaya. Sehingga ketika tiba saatnya kita memberikan pendapat, ide, nasihat dan masukan kepada mereka, akan lebih menghargainya.

Sabtu, 27 Maret 2010

PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL

PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL
Administrator / Wednesday, 17 February 2010 14:36

KOMUNIKASI VERBAL


Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.


Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

· Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).

· Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).

· Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).


Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.


Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

· Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

· Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

· Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.


Keterbatasan Bahasa:

· Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.


· Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.


· Kata-kata mengandung bias budaya.

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.

Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

memahami arti penolakan

memahami arti penolakan
Category: Blogging
Sabtu, 2007 Juli 14
Memahami Arti Penolakan
Saya terlalu yakin ini akan menjadi salah satu artikel paling penting yang pernah kamu baca dalam Hitman System, namun sayangnya kamu tidak akan banyak mendapatkan apa-apa jika kamu memang belum pernah ngehit cewek asing sebelumnya.

Tidak tahu artinya ngehit? Duh, kemana saja selama ini, bro?

Ngehit adalah mendekati dan berinteraksi dengan cewek baru, baik yang terhubung dari seorang teman ataupun baru pertama kali kamu temui dan tidak kenal sama sekali. Itu bisa terjadi di lift, halte, coffee shops, antrian kasir, tempat fitness, mall, dsb. Kalau dibandingkan dengan istilah yang sudah lebih dikenal populer sekarang, ngehit itu kurang lebih sejajar dengan kegiatan 'PDKT (pendekatan) dan kenalan', tapi tentu strukturnya lebih cerdas daripada sekedar datang and ajak kenalan.

Strategi ngehit adalah salah satu materi utama yang kami ajarkan, mulai dari paradigma, strategi hingga tehnik nyata yang otomatis akan menjadi kebiasaan sehari-hari untuk setiap peserta yang sudah menyelesaikan program HSEW dan HSMS.

Jika kamu sama sekali buta dan ingin mencicipi secuil saja metode ngehit sederhana, coba baca artikel Kei Cara Kenalan dengan Cewek Asing. Semenjak kemunculan artikel tersebut, kami menerima banyak sekali laporan kesuksesan yang ditulis dengan berapi-api penuh semangat dari anggota milis yang sudah mempraktekkan panduan serba minimal tersebut.

Jadi silakan bayangkan apa yang akan terjadi jika kamu mendapatkan pengajaran SETIDAKNYA 3 jam hanya untuk memaparkan sub-materi proses ngehit saja karena apa yang kamu baca dalam artikel Kei itu bahkan tidak sampai menyentuh angka 10% dari apa yang akan kamu pelajari dalam seminar!

Seperti yang saya sudah sebutkan, jika kamu belum memiliki pengalaman ngehit, tidak pernah berencana ngehit, atau bahkan hanya berniat menjadi cowok jagoan-segala-teori, artikel ini tidak akan membawamu kemana-mana.

Malah saya sempat ditentang oleh Kei dan Jet yang menganggap ide tulisan ini sebagai materi yang hanya bisa dibagikan kepada para alumni Hitman System karena mengandung prinsip revolusioner yang terlampau berharga untuk dipelajari secara cuma-cuma. Kami berdebat cukup keras sampai akhirnya saya tidak tahan lagi mendengar ocehannya, mengambil pisau dapur dan menebas leher mereka hingga putus dan tubuh ambruk bersimbah darah.

Ehm, oke.. yang terakhir itu terlalu berlebihan, tapi saya pikir kamu tahu maksud saya.

Prinsip yang akan kamu pelajari di sini hanya akan mengubah pola pikir, memancing ide, dan memberikan motivasi segar, dan mengisi ulang kekuatan Glossy para alumni HSEW / HSMS dan sebagian pembaca milis yang sudah pernah memberanikan dirinya untuk mencoba ngehit.

Bacalah dengan seksama karena kamu akan mempelajari SATU PRINSIP UTAMA yang membuatmu bisa bertahan, bahkan tetap bersemangat, sekalipun cewek asing yang kamu hit tiba-tiba menolakmu.

Berhentilah dari pekerjaanmu yang lain, matikan MP3 player dan jauhkan handphone-mu agar tidak ada yang bisa mengganggumu dalam 15 menit ini.

Apakah saya sudah mendapat seluruh perhatianmu?

Bagus, mari kita mulai.

Friends, students, brothers, jika kamu hanya memiliki kapasitas otak yang hanya tersisa untuk satu pelajaran saja yang bisa kamu dapatkan dari saya, Kei, Jet, atau kru Hitman System lainnya, maka inilah satu-satunya harus kamu REKAM SEBAIK-BAIKNYA DAN PUTAR ULANG di dalam bank memorimu setiap kali kamu menghadapi penolakan dari cewek-cewek asing yang kamu hit:

Dia menolakmu secara sosial, sama sekali bukan personal.

That's it. That's the golden principle.

Begitu sederhana, namun sangat powerful.

Mari saya jelaskan prinsip tersebut menjadi sejumlah poin agar kamu dapat mencernanya dengan baik.

PERTAMA, ketika cewek bersikap dingin, menolak, atau bahkan kasar, ketahuilah bahwa dia juga akan memberikan perlakukan yang persis sama pada siapa saja yang berani mendekati dia.

Kamu hanya kebetulan menjadi (satu-satunya) cowok yang berani mendekati dan mengajaknya ngobrol, jadi kamulah (satu-satunya) yang mendapatkan respon yang kurang menyenangkan darinya. Seandainya di saat itu ada seratus cowok memiliki cukup kejantanan untuk mendekatinya, tentu mereka juga akan satu persatu 'ditendang' oleh cewek tersebut.

Jadi kamu untuk apa kamu merasa terganggu? Mengapa kamu harus berbalik badan meninggalkan tempat itu dengan langkah terhuyung-huyung? Mengapa kamu harus mengernyit kesakitan, menggertakkan gigi sambil mencengkeram dadamu seolah ada sebuah luka besar yang menganga di sana?

Penolakannya adalah penolakan umum yang ditujukan pada siapa saja, sama sekali tidak berhubungan secara spesifik dengan dirimu, sobat. Pada saat-saat awal saya melatih diri untuk ngehit, saya selalu frustasi setiap kali bertemu dengan cewek dan teman-temannya yang 'menembak saya jatuh' seperti itu. Saya tidak menjauhkan diri dari pikiran alasan mereka menolak adalah karena mereka tidak suka dengan pribadi saya.

Seperti yang alumni dan kamu alami ketika melakukan eksperimen ngehit, jarang sekali cewek melakukan penolakan yang kasar. Dahulu hanya terjadi kira-kira 1 penolakan dari 5 kali saya ngehit, dan saat ini turun menjadi hanya 1 dari 10 karena saya sudah mengetahui cara untuk mencegahnya.

Sekalipun jarang, efek dari penolakan tersebut begitu keras sehingga seringkali menghancurkan semangat saya untuk mencoba lagi, atau setidaknya membayang-bayangi saya, takut ditolak lagi, sehingga tidak bisa berkonsentrasi memainkan strategi dengan prima.

Setelah berkomitmen untuk terus melatih diri sampai menemukan sesuatu yang berhasil, serta mendapat support dari Kei dan Jet, akhirnya mata saya mulai bisa terbuka lebar dan mengerti bahwa itu adalah pikiran saya di atas itu adalah sesuatu yang bodoh.

Bagaimana mungkin cewek itu bisa tidak menyukai atau muak akan kepribadian saya jika dia belum pernah bertemu dengan saya sebelumnya? Jika saya baru saja membuka mulut beberapa patah kata, bahkan seringkali ucapan saya belum selesai, si cewek sudah memasang tampang menyeringai, bitchy dan menolak, tentu itu bukan penolakan atas pribadi saya, bukan?

Mulai dari lirikan matanya yang memicing tajam dan menuduh, tangannya yang terangkat seakan mengusir, tubuhnya yang terdorong menjauh, ucapan bibirnya yang berisi kata-kata penolakan dan nada suaranya yang terdengar risih…

… itu semua adalah respon autopilot yang otomatis keluar begitu saja tanpa dia sadari!

Itu tidak lebih dari reaksi alamiah demi mempertahankan diri, menolak dirinya untuk terbuka sehingga terhindar dari resiko dilukai. Mekanisme seperti itu adalah kemampuan biologis dan psikologis yang dimiliki bukan saja oleh cewek targetmu, tapi juga setiap manusia lainnya.

Mekanisme tersebut memang lebih sensitif pada cewek karena mereka memang harus waspada demi bisa menjaga diri. Tapi sekali lagi penolakan yang kamu hadapi itu bersifat refleks waspada yang tidak memiliki arti apa-apa.

Itu tidak berarti dia jijik dengan pribadimu. Tidak berarti dia tidak menolak karena kamu jelek. Dia tidak memusuhimu karena kamu payah atau mengganggunya. Yang ada hanyalah penolakan tanpa ada imbuhan -MU pada ujung kata tersebut. Tidak ada yang personal karena memang bukan soal dirimu atau diri siapapun yang mendekatinya.

Jika kamu mendekati cewek dan tiba-tiba dia bersin, kamu tidak akan memberi arti khusus pada bersinnya tersebut, 'kan? Kamu akan menganggap dia sedang sakit flu atau alerginya kambuh, sesuatu tidak ada hubungannya denganmu. Nah, kamu harus membiasakan diri bersikap seperti itu setiap kali menghadapi cewek yang menolak.

Saya bisa berputar memakai ribuan analogi lainnya untuk menjelaskan hal yang sama, namun saya yakin kamu sudah lebih dari mengerti poin pertama ini. Kalau masih sedikit bingung, tidak apa-apa lanjutkan saja membaca karena hal berikutnya pasti akan lebih menjelaskan semuanya.

KEDUA, ketika cewek bersikap dingin, menolak, atau bahkan kasar, ketahuilah bahwa dia sebenarnya membuktikan bahwa saat itu dirinya sedang berada dalam realita dunia yang negatif, emosional dan tidak percaya diri.

Cowok lossy seringkali tenggelam dalam halusinasi dan imajinasi ngarepnya bahwa cewek cakep itu selalu memiliki hari yang menyenangkan, bernilai positif, dan tidak pernah mengalami gangguan emosi ataupun penurunan kepercayaan diri.

Itu sebabnya kamu dibayang-bayangi rasa takut berbuat salah, berbuat lucu dan memalukan, atau terlihat culun ketika mendekatinya. Ketika akhirnya kamu memberanikan diri untuk melakukan hal tersebut dan mendapat respon penolakan, kamu merasa ketakutanmu itu terbukti dan bersumpah untuk tidak akan mengulanginya lain kali.

Salah besar, sobat!

Lagi-lagi, penolakan tersebut tidak ada hubungannya dengan dirimu. Mungkin pagi itu dia terbangun dengan keadaan tubuh yang kurang fit karena terlalu lelah hari sebelumnya. Mungkin siang itu dia harus disibukkan dengan masalah yang menjengkelkan di kampus atau kuliah sehingga mood-nya tidak beres. Mungkin malam itu dia terjebak macet selama berjam-jam sebelum akhirnya sampai di tempat tujuannya. Itu sebabnya ketika dia dihampiri oleh cowok Glossy, dia merasa minder dan menutup diri dengan cara menolakmu.

Sikapnya yang kasar dan dingin itu bukan karena kamu menghampirinya, tapi karena dia memang sedang kasar dan dingin terhadap diri sendiri. Mengapa malah kamu yang merasa minder, tertolak, perih terluka, atau merasa kalah?

Kedatanganmu jelas adalah hal yang positif (jika kamu sudah mengembangkan paradigma Glossy) dan jika dia menolaknya, itu adalah kerugiannya. Dialah yang harusnya merasa lemah dan kalah, bahkan bersalah karena sudah bersikap bitchy terhadap orang yang bersikap ramah dengannya.

Cewek itu bukan menolak dirimu, melainkan sedang dirinya sendiri: menolak kesempatan untuk dirinya bersenang-senang dan menikmati kehidupan bersosial. Dia lebih memilih untuk mengikuti keminderannya, kenegatifannya, tenggelam dalam hal-hal yang negatif daripada menghabiskan waktu dengan Cowok Glossy yang penuh dengan sensasi.

Kamu mungkin memiliki argumen, "Tapi sebelum gue datengin, dia lagi keliatan hepi and rileks aja, ngobrol sama temen-temennya. Ngga terlihat sedang bernegatif ria seperti yang elo bilang."

Sobat, seseorang bisa menjadi negatif disebabkan (a) tekanan luar seperti masalah-tragedi-kesalahan, (b) tidak terbiasa dengan situasi sosial yang ada, dan (c) memiliki konsep self-image yang rendah.

Jika cewek dan teman-temannya terlihat sedang bersenang-senang saja namun menolak kehadiranmu, jangan cepat menganggap itu disebabkan oleh pribadimu karena dia memang belum mengenalmu. Pertimbangkan fakta bahwa dia memang jarang didekati oleh seorang cowok jadi belum memiliki reaksi yang rileks untuk menanggapinya.

Dikombinasikan dengan isu self-image yang rendah, dia juga akan mudah merasa minder diperhatikan oleh teman-temannya karena dia dihampiri dan diajak ngobrol oleh seorang cowok. Dia merasa harus mampu bersikap yang baik pada situasi sosial itu agar bisa mempertahankan prestisenya di mata teman-teman, dan juga orang-orang lain di ruangan itu yang melihat kejadian itu sekalipun tidak mengenalnya.

Seluruh tekanan peer group dan konflik batin tersebut membuatnya semakin panik, sehingga dia memilih untuk mengambil jalan pintas dengan mengeluarkan respon penolakan agar dirinya bisa terhindar dari rasa malu seandainya dia melakukan kesalahan. Istilah populer sekarang: jaim or jaga image.

Self-image adalah problem krusial yang sangat jarang sekali diberi perhatian dalam pertumbuhan kepribadian seseorang, dan itulah yang menjadi fokus kami dalam sesi 'brainwash' malam pertama HSEW, yakni dekonstruksi prinsip yang salah dan rekonstruksi prinsip yang produktif. Mungkin suatu saat saya bisa memberikan sedikit panduan untuk kamu dalam milis ini, tunggu saja kedatangannya.

Kembali lagi ke masalah penolakan, dia tidak menolakmu karena DIRIMU, sobat. Dia menolakmu karena DIRINYA!

Cewek itu menolak justru karena dia tidak merasa percaya diri. Dia menolak karena merasa insecure atau tidak nyaman apakah dirinyamemang layak untuk didekati oleh seorang cowok benar-benar berani bertindak dibandingkan cowok-cowok pada umumnya. Dia menolak karena tidak yakin bisa berinteraksi dengan normal dan memuaskan di bawah tekanan 'pengawasan' teman-temannya.

Kamu bisa lihat sama sekali TIDAK ADA unsur dirimu di dalam respon penolakannya? Sekalipun dia berkata, "Eh, elo ngga liat gue lagi ngobrol ama temen gue, jangan ngeganggu lagi deh.." kamu harus tahu bahwa itu sama sekali bukan alasannya yang sebenarnya!

Coba pikir, bisakah seseorang yang sedang having fun, dipenuhi dengan emosi yang positif dan menikmati pergaulan sosialnya untuk tiba-tiba bersikap tertutup, negatif atau kasar pada orang lain.

Tidak bisa.

Bersikap kasar padanya pun tidak akan memancing reaksi yang negatif. Jika tidak percaya, silakan ledek dan hina seseorang yang baru saja mendapat kenaikan jabatan atau gaji, atau mahasiswa yang baru diberitahu mendapat IP cumlaude, dan lihat apakah dia akan menanggapimu dengan serius atau marah.

Jadi jika kamu tahu bahwa sikap yang negatif tidak akan bisa mempengaruhi seseorang yang sedang menikmati kehidupan positif, lalu kamu bertemu dengan seorang cewek yang memberikan respon yang negatif sekalipun kamu sedang bersikap ultra asyik dan positif, kamu bisa langsung tahu siapa sebenarnya yang bermasalah. Tinggalkan dia dengan sambil berkata, "Tadinya sekilas keliatannya elo anaknya asyik, tapi ternyata gue salah, hari ini elo begitu insecure dan negatif. Semoga keadaan elo membaik deh.."

Ngehit adalah hal positif yang tidak bisa dilakukan oleh cowok-cowok lossy nan ngarep. Lalu, demi Tuhan, mengapa kamu yang justru merasa rendah, berantakan, terbantai dan diselubungi kabut negatif ketika dia menolakmu? Seharusnya kamu merasa senang karena tidak perlu menghabiskan waktu berinteraksi dengan cewek yang lebih rendah nilainya, negatif, dan tidak bisa diajak menjadi normal dan bersenang-senang.

Bagaimana, kamu siap memberi nilai Best Motivational Award untuk artikel ini?

Jangan dulu, masih ada satu poin terakhir, agak berbeda namun masih pada tema prinsip yang sama.

KETIGA, ketika cewek bersikap dingin, menolak, atau bahkan kasar, ketahuilah bahwa itu mungkin penolakan terhadap tehnik yang kamu pakai untuk menginisiasi komunikasi dengannya, bukannya ditujukan kepada pribadimu.

Tehnik yang kamu pakai itu tidak sama dengan kepribadianmu. Demi Tuhan, tehnik itu ibarat pakaian dan celana yang kamu pakai untuk hari-hari tertentu.

Sekumpulan tehnik yang kamu pakai hanyalah media untuk membangun komunikasi agar pada akhirnya bisa saling mengenal pribadi masing-masing. Jadi ketika seorang cewek menolak, bisa jadi yang bermasalah adalah tehnikmu yang tidak membuatnya cukup tergoda untuk meladeni.

Apa yang bisa kamu lakukan?

Jelas bukannya mengaduh, menganggap dirimu tolol, bodoh, dan ratusan ucapan menyakitkan lainnya!

Seorang cowok Glossy tidak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia bisa atau tidak bisa lakukan, jadi penolakan dan kegagalan tidak pernah berarti kehilangan kualitas harga dirinya.

Hanya karena tehnik yang kamu pilih tidak sukses, itu tidak secara otomatis membuatmu menjadi cowok yang gagal. Kamu justru menjadi cowok yang gagal dan lossy jika menganggap penolakan tehnik tersebut berarti penolakan terhadap pribadimu.

Ijinkan saya memukul kepalamu hingga bocor dan lalu menggunakan selang untuk menyuntikkan paradigma yang lebih berguna ini: sebuah penolakan tidak lebih dari ucapan, "Saatnya mencoba tehnik lain!"

Apa yang kamu bisa pelajari dalam workshop dan seminar sekarang ini sangat jauh berbeda dari apa yang saya, Kei, dan Jet lakukan beberapa tahun dahulu ketika kami masih masing-masing mencoba mencari formula yang tepat. Bahkan dalam satu tahun terakhir ini saja sudah ada sejumlah penemuan revolusi baru dalam metode ngehit dan proses Glosifikasi.

Dalam semua perjalanan itu, saya mampu mencoba berpuluh-puluh cara inisiasi pembicaraan, mendapat setumpuk penolakan, lalu langsung mencoba berpuluh-puluh lainnya tanpa lelah atau ragu karena saya menyadari seandainya cewek-cewek itu benar-benar sempat bersentuhan dengan pribadi saya, mereka tidak akan pernah ingin menyudahi pembicaraan seharian penuh.

Itu yang membuat saya tidak pernah menganggap pribadi satupun kalimat penolakan atau picingan mata yang mengintimidasi dari mereka setiap kali saya datang menghampiri.

Ketika kamu menyadari bahwa cewek itu sebenarnya menolak tehnik dan strategi yang kamu pakai, maka kamu merasa satu ons lebih ringan karena bisa membuang satu taktik tak berguna dari daftar permainanmu.

Kamu mungkin menghampirinya dari sudut yang salah, menyampaikan kalimat ajakan yang lossy, menyentuhnya terlalu cepat, atau berbicara dengan terbata-bata sehingga dia malas untuk meladenimu.

Lakukan hit sesering mungkin hingga pada akhirnya hanya akan tertinggal segelintir tehnik yang sudah teruji dan efektif jika dipasangkan dengan kepribadianmu yang unik.

Saya sudah berkali-kali mengalami sendiri dimana penolakan dari cewek itu sebenarnya tidak lain dari caranya untuk menyampaikan, "Coba cari cara lain," "Kok berasa hapalan banget, ngga kena feel-nya," atau "Please deh, something yang lebih orisinal dong." Kei, Jet, dan kru Hitman System lainnya dapat memberikan kesaksian yang sama.

Pernahkah kamu berpikir bahwa cewek tidak menolak untuk mengusirmu, melainkan untuk mengecek apakah kamu cukup berkualitas untuk bisa memodifikasi permainan lainnya?

Jadi kamu bisa bayangkan betapa bodohnya jika kamu langsung menyerah dan menyudahi hit dengan perasaan terpukul, tidak pernah diberi kesempatan, dan menganggap diri sendiri memang tidak bisa mencapai apa yang kamu impi-impikan?

Setelah membaca ini semua, apakah masuk akal jika kamu masih merasa rendah, ego terluka, sehingga menjadi cengeng jika kamu suatu saat kamu ngehit sekelompok cewek dan mendapati mereka menolakmu mentah-mentah?

Apakah masih ada gunanya jika kamu mengeluh dan mengurung diri hanya karena satu cewek cuek dan meninggalkanmu ketika kamu mengajaknya berbicara?

Friends, students, brothers, saya menantangmu untuk mendasari setiap petualangan hit-mu dengan prinsip emas di atas dan buktikan sendiri apakah kamu menjadi lebih kuat, lebih bersemangat, dan bahkan lebih meledak dengan ide-ide baru setiap kali mendapat penolakan atau saya hanya membual omong kosong belaka.

Saya sudah bilang artikel kali ini mungkin akan menjadi tulisan paling berharga yang pernah kamu dapatkan secara cuma-cuma dari Hitman System. Saya juga sudah bilang kamu tidak akan mengerti apa-apa jika belum punya pengalaman ngehit cewek asing.

Ketika cewek asing yang kamu hit menunjukkan sikap penolakan, apapun yang dia ucapkan atau tunjukkan lewat bahasa tubuhnya adalah sesuatu yang harus dianggap sebagai ekspresi sosial, bukannya serangan ataupun penilaian terhadap kualitas dirimu.

Cowok lossy akan selalu terpojok dan menyalahkan dirinya sendiri bila menemui penolakan. Ketika pulang, dia akan mengunci dirinya di kamar, memandang ke langit-langit sambil merenung mengingat-ingat betapa pedih dan memalukannya kejadian tersebut, terus memperparah luka itu sehingga menganga lebar dan bernanah.

Sementara Cowok Glossy akan otomatis berpikir, 'Wow, kasihan sekali cewek ini. Penampilan menarik, tapi sikapnya tumor, jangan-jangan dia… Eeeh, ada cewek lain di sana, pindah aaah..' sambil berjalan pindah ke kelompok target lainnya, tidak lupa berbalik badan sebentar untuk berseru dari kejauhan, "Hari pertama ya? Okay deeh.."

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

12 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi
Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi
Indikator : Mampu
1. mengungkapkan isi puisi
2. menangkap isi puisi sesuai gambaran pengindraan,
perasaan, dan pendapat
3. merefleksi isi puisi
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mengungkapkan isi puisi;
• menangkap isi puisi sesuai dengan gambaran pengindraan;
• merefleksi isi puisi.
II. Materi Ajar
Puisi
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Penugasan
- Tanya jawab - Diskusi
- Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Apersepsi dan tanya jawab mengenai puisi
B. Kegiatan Inti
• Menjelaskan cara membacakan puisi dengan baik
• Menyimak pembacaan puisi yang dibacakan oleh salah seorang siswa
• Melakukan pembahasan mengenai isi puisi
• Membacakan puisi dan didengarkan oleh orang lain
• Menyebutkan perasaan pengarang pada puisi yang telah dibaca
• Menjelaskan amanat yang terdapat dalam puisi
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan cara membaca puisi
• Menyimpulkan cara memahami isi puisi
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 13
V. Sumber/Alat/Bahan
Teks puisi
Antologi puisi
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Membacakan teks puisi
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
2. Membahas isi puisi
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
3. Menjawab pertanyaan tentang puisi
a. Semua benar (3)
b. Sebagian besar benar (2)
c. Sebagian besar salah (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa =
skor perolehan
skor maksimum
x 100
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 5, 6, 7
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman
melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
Kompetensi Dasar : Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun
Indikator : Mampu
1. Mampu bertelepon dengan kalimat yang efektif dan
bahasa yang santun
2. Mampu membuat teks percakapan singkat untuk bertelepon
3. Mampu menjelaskan ciri kalimat langsung dan tidak
langsung
14 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• bertelepon dengan kalimat yang efektif bahasa yang santun;
• membuat teks percakapan singkat untuk bertelepon;
• menjelaskan ciri kalimat langsung dan tidak langsung.
II. Materi Ajar
Teks percakapan telepon
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Latihan
- Praktik
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
Bertanya jawab mengenai telepon di lingkungan siswa
B. Kegiatan Inti
• Menyimak contoh percakapan dalam telepon
• Meragakan teks percakapan telepon
• Membuat teks percakapan untuk bertelepon
• Meragakan teks percakapan telepon yang telah dibuat
• Mempelajari cara menggunakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung
C. Kegiatan Akhir
Menyimpulkan cara bertelepon yang baik dan benar
V. Sumber/Bahan/Alat
Teks percakapan yang dibacakan
Alat telekomunikasi: telepon, HP (handphone), atau alat bantu
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
1. Bertelepon dengan kalimat yang efektif
a. Baik (3)
b. Kurang baik (2)
c. Tidak baik (1)
2. Membuat teks percakapan untuk bertelepon
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 15
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
3. Membuat kalimat langsung dan tidak langsung
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 8, 9, 10
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif
dan membaca memindai
Kompetensi Dasar : Menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang
dibaca
Indikator : Mampu
1. menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram
2. mengubah sajian informasi dari tabel/diagram ke dalam
bentuk narasi
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa mampu
• menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram;
• mengubah sajian informasi dari tabel/diagram ke dalam bentuk.
II. Materi Ajar
Tabel/diagram
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Tanya jawab
- Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Memberikan pengantar awal tentang fungsi dan tujuan tabel/diagram
16 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
B. Kegiatan Inti
• Menjelaskan pengertian, fungsi, dan jenis tabel/diagram
• Membaca tabel dan diagram
• Mengubah sajian tabel/diagram ke dalam bentuk narasi
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan sajian informasi yang dikemas dalam bentuk tabel/diagram
• Melakukan latihan
V. Sumber/Alat/Bahan
Tabel dan diagram dari berita surat kabar atau majalah
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
Keterangan
Skor maksimum 4 (3 x 5) = 60
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
1. Membaca sajian informasi dalam bentuk tabel-tabel/diagram
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
2. Menemukan informasi dari sajian tabel/diagram
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
3. Mengubah sajian informasi tabel/diagram menjadi narasi
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
4. Menyajikan informasi dalam bentuk tabel/diagram
a. Akurat (3)
b. Kurang akurat (2)
c. Tidak akurat (1)
5
5
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 17
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 11, 12, 13
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi
singkat
Kompetensi Dasar : Menulis pesan singkat sesuai dengan isi dengan menggunakan
kalimat efektif dan bahasa yang santun
Indikator : Mampu menulis pesan singkat dengan kalimat yang efektif
dan bahasa yang santun
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa mampu
• menulis pesan singkat dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun.
II. Materi Ajar
Pesan singkat
III. Metode Pembelajaran
- Contoh penulisan pesan singkat
- Pembahasan pesan singkat
- Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Memberikan pengantar awal kepada siswa tentang pesan singkat
• Bertanya jawab mengenai pesan singkat
B. Kegiatan inti
• Mencermati penulisan pesan singkat yang benar dan tepat
• Membahas cara penulisan pesan singkat dengan benar
• Membuat pesan singkat sesuai dengan keperluan
• Mengerjakan latihan membuat pesan singkat
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan cara penulisan pesan singkat
V. Sumber/Bahan/Alat
Teks pesan
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
18 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
Keterangan
Skor maksimum 2 (3 x 5) = 30
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
1. Membaca pesan dengan baik dan benar
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
2. Membuat pesan singkat dengan kalimat efektif
a. Menarik (3)
b. Kurang menarik (2)
c. Tidak menarik (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 14, 15, 16, 17
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara
Kompetensi Dasar : Menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan
narasumber dalam wawancara
Indikator : Mampu
1. mendengarkan wawancara
2. menuliskan informasi hasil wawancara
3. menyampaikan hasil wawancara kepada orang lain
4. menyimpulkan isi wawancara
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mendengarkan wawancara;
• menuliskan informasi hasil wawancara;
• menyampaikan hasil wawancara kepada orang lain;
• menyimpulkan isi wawancara.
II. Materi Ajar
Teks wawancara
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 19
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Latihan
- Penugasan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan wawancara
• Tanya jawab jenis pertanyaan dalam wawancara
B. Kegiatan Inti
• Mendengarkan teks wawancara yang diperagakan oleh beberapa siswa
• Mencatat pokok isi wawancara
• Membandingkan pokok wawancara yang telah ditulis oleh siswa dengan isi
• Memerhatikan ringkasan isi wawancara
• Menyimpulkan isi wawancara
C. Kegiatan akhir
• Menyimpulkan materi wawancara
V. Sumber/bahan/alat
Teks wawancara
Wawancara di media cetak atau elektronik
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Menuliskan informasi hasil wawancara
a. Akurat (3)
b. Kurang akurat (2)
c. Tidak akurat (1)
2. Menyampaikan hasil wawancara di depan kelas
a. Runtut (3)
b. Kurang runtut (2)
c. Tidak runtut (1)
3. Menyimpulkan hasil wawancara
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
20 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 18, 19, 20
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman
melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
Kompetensi Dasar : Menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas
dan keunggulan tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan
pilihan kata yang sesuai
Indikator : Mampu
1. mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh
2. mengemukakan alasan mengidolakan seorang tokoh
3. menggunakan kata penghubung
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh;
• mengemukakan alasan mengidolakan seorang tokoh;
• menggunakan kata penghubung.
II. Materi Ajar
Tokoh idola
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Latihan
- Tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Tanya jawab tentang tokoh yang diidolakan
• Menyampaikan pengantar awal tentang tokoh idola
B. Kegiatan Inti
• Membaca profil tokoh ”Dian Sastro”
• Memberikan pernyataan mengenai profil tokoh Dian Sastro
• Menceritakan hal-hal menarik dari tokoh
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan inti materi mengenai manfaat mengidolakan tokoh
• Mengerjakan latihan
• Penugasan
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 21
V. Sumber/Bahan/Alat
Tokoh idola
Buku biografi/koran dan majalah
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Memberikan pernyataan pada profil Dian Sastrowardoyo
a. Antusias (3)
b. Kurang antusias (2)
c. Tidak antusias (1)
2. Menceritakan kembali bahasa sendiri profil Dian Sastro
a. Runtut (3)
b. Kurang runtut (2)
c. Tidak runtut (1)
3. Menceritakan sosok guru yang diidolakan
a. Runtut (3)
b. Kurang runtut (2)
c. Tidak runtut (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 21, 22, 23
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi
dan buku cerita anak
Kompetensi Dasar : Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume
suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi
Indikator : Mampu
1. memahami puisi yang akan dibacakan
2. mendeklamasikan puisi dengan memerhatikan lafal,
intonasi, dan ekspresi sesuai dengan isi puisi
22 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• memahami puisi yang akan dibacakan;
• mendeklamasikan puisi dengan memerhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
sesuai dengan isi puisi.
II. Materi Ajar
Puisi
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Bertanya jawab mengenai persiapan deklamasi puisi
B. Kegiatan Inti
• Mendengarkan percakapan tentang persiapan mendeklamasikan puisi
• Mendengarkan pembacaan deklamasi puisi
• Membahas cara mendeklamasikan puisi dengan benar
• Mempelajari puisi yang akan dideklamasikan
• Mendeklamasikan puisi yang telah dideklamasikan
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan kegiatan deklamasi puisi
• Mengerjakan latihan
V. Sumber/Bahan/alat
Teks puisi
Antologi puisi
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
1. Menyusun perencanaan gerak, mimik, dan ekspresi deklamasi
puisi
a. Kreatif (3)
b. Kurang kreatif (2)
c. Tidak kreatif (1)
2. Tampil mendeklamasikan puisi
a. Ekspresif (3)
b. Kurang ekspresif (2)
c. Tidak ekspresif (1)
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 23
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
3. Menjelaskan isi puisi 5
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 24, 25, 26
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan
pesan singkat
Kompetensi Dasar : Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memerhatikan
cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung
Indikator : Mampu
1. memahami isi teks wawancara
2. mengubah teks wawancara menjadi teks narasi dengan
memerhatikan penulisan kalimat langsung dan tidak
langsung
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• memahami isi teks wawancara;
• mengubah teks wawancara menjadi teks narasi dengan memerhatikan
penulisan kalimat langsung dan tidak langsung.
II. Materi Ajar
Teks wawancara
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Tanya jawab
- Dialog - Latihan
24 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Memberikan pengantar awal materi
B. Kegiatan Inti
• Membaca dialog tentang teks percakapan
• Membandingkan hasil ubahan teks wawancara menjadi teks narasi
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan materi teks langkah-langkah mengubah teks wawancara
menjadi narasi
• Mengubah teks wawancara menjadi teks narasi
V. Sumber/Alat/Bahan
Teks wawancara
Alat wawancara
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Membacakan teks wawancara dengan lafal dan intonasi
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
2. Membedakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
3. Mengubah teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 25
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 27, 28, 29
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi
Kompetensi Dasar : Merefleksi puisi yang dibacakan
Indikator : Mampu
1. mendengarkan pembacaan puisi
2. menanggapi pembacaan puisi
3. menemukan isi puisi yang didengarkan
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mendengarkan pembacaan puisi;
• menanggapi pembacaan puisi;
• menemukan isi puisi yang didengarkan.
II. Materi Ajar
Puisi
III. Metode Pembelajaran
- Diskusi - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Mengingatkan kembali wawasan siswa tentang cara pemahaman puisi
• Berdiskusi menemukan makna dalam puisi
B. Kegiatan Inti
• Mendengarkan pembacaan teks puisi ”Sebelah Tangan” yang dibacakan
• Memberikan tanggapan terhadap pembacaan teks puisi ”Sebelah Tangan”
• Membahas isi puisi ”Sebelah Tangan”
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan kegiatan menanggapi pembacaan puisi
• Menyelesaikan latihan
V. Sumber/Alat/Bahan
Teks puisi yang dibacakan
Antologi puisi
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
26 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
Keterangan
Skor maksimum 4 (3 x 5) = 60
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Menghayati pembacaan teks puisi
a. Apresiatif (3)
b. Kurang apresiatif (2)
c. Tidak apresiatif (1)
2. Menceritakan isi puisi
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
3. Menuliskan kutipan yang menyatakan perasaan penulis
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
4. Menemukan perasaan lain penulis pada teks puisi tersebut
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 30, 31, 32
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman
melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
Kompetensi Dasar : Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang
santun
Indikator : Mampu
1. mengetahui cara menggunakan telepon
2. berbicara dengan kalimat efektif dan bahasa yang santun
dalam bertelepon
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 27
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran bab ini, siswa mampu
• mengetahui cara menggunakan telepon;
• berbicara dengan kalimat efektif dan bahasa yang santun dalam bertelepon.
II. Materi Ajar
Percakapan telepon
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh - Penugasan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Mengingatkan kembali pikiran siswa mengenai pentingnya pesawat
telepon
• Bertanya jawab mengenai keberadaan pesawat telepon di lingkungan
siswa
B. Kegiatan Inti
• Menjelaskan pengertian, fungsi, dan cara menggunakan pesawat telepon
• Mendengarkan contoh teks percakapan dalam bertelepon
• Membahas mengenai bagian-bagian perangkat komputer
C. Kegiatan akhir
• Menyimpulkan materi cara bertelepon dengan baik
• Mengerjakan latihan
V. Sumber/Alat/Bahan
Teks percakapan telepon
Alat komunikasi, seperti telepon, HP (hand phone), dll.
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tulisan
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
1. Menghafal teks percakapan telepon
a. Paham (3)
b. Kurang paham (2)
c. Tidak paham (1)
2. Menjawab pertanyaan tentang isi teks puisi
a. Benar semua (3)
b. Benar sebagian (2)
c. Salah semua (1)
28 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
3. Memperbaiki teks percakapan
a. Betul (3)
b. Kurang betul (2)
c. Tidak betul (1)
4. Meragakan teks percakapan
a. Menguasai (3)
b. Kurang menguasai (2)
c. Tidak menguasai (1)
Keterangan
Skor maksimum 4 (3 x 5) = 60
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 33, 34, 35, 36
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif
dan membaca memindai
Kompetensi Dasar : Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca
Indikator : Mampu
1. membaca teks tentang kegemaran
2. menemukan gagasan utama tiap-tiap paragraf
3. memahami klausa verbal
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• membaca teks tentang kegemaran;
• menemukan gagasan utama tiap-tiap paragraf;
• memahami klausa verbal.
II. Materi Ajar
Gagasan utama teks wacana
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh - Penugasan
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 29
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Mengingatkan kembali kepada siswa mengenai manfaat membaca
• Tanya jawab mengenai kegemaran yang dimiliki siswa
B. Kegiatan Inti
• Memberikan penjelasan mengenai hal yang diperhatikan ketika membaca teks
• Membaca teks ”Keuntungan Mengumpulkan Prangko”
• Membaca teks lainnya yang memiliki kesamaan tema
• Mengisi tabel yang berhubungan dengan kedua teks bacaan
• Menjelaskan mengenai penggunaan klausa verbal
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan
• Mencari beberapa teks yang memiliki kesamaan tema
V. Sumber/Alat/Bahan
Teks berita/berita
Surat kabar, majalah
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
1. Menyebutkan persamaan dan perbedaan dua teks bacaan
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
2. Menuliskan gagasan utama setiap paragraf
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
3. Menuliskan persamaan dan perbedaan isi kedua teks wacana
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
4. Menuliskan klausa pada teks bacaan
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
5
Keterangan
Skor maksimum 4 (3 x 5) = 60
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
30 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 37, 38, 39
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui
kegiatan menulis kreatif puisi
Kompetensi Dasar : Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam
Indikator : Mampu
1. menentukan tema puisi
2. menulis puisi mengenai keindahan atau keadaan alam
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• menentukan tema puisi;
• menulis puisi mengenai keindahan atau keadaan alam.
II. Materi Ajar
Puisi
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Latihan
- Tanya jawab - Penugasan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Mengajak siswa mengamati fenomena sosial di sekitar siswa
B. Kegiatan Inti
• Memerhatikan puisi ”Perempuan-Perempuan Perkasa”
• Mengidentifikasi kiasan-kiasan pada puisi
• Memaknai isi puisi
• Menulis puisi dengan tema yang disukai
C. Kegiatan Akhir
• Membacakan puisi yang ditulis siswa
V. Sumber/Bahan/Alat
Puisi
Antologi puisi, majalah, atau koran
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 31
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
1. Menentukan tema puisi dengan memerlukan kreativitas dan
orisionalitas
a. Menarik (3)
b. Kurang menarik (2)
c. Tidak menarik (1)
2. Menulis puisi dengan memerhatikan pilihan kata
a. Baik (3)
b. Kurang baik (2)
c. Tidak baik (1)
Keterangan
Skor maksimum 2 (3 x 5) = 30
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 40, 41, 42
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi
Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi
Indikator : Mampu
1. mendengarkan pembacaan puisi
2. memberikan penilaian secara tertulis atas pembacaan puisi
3. menanggapi secara lisan pembacaan puisi yang telah
didengarkan
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mendengarkan pembacaan puisi;
• memberikan penilaian secara tertulis atas pembacaan puisi;
• menanggapi secara lisan pembacaan puisi yang telah didengarkan.
II. Materi Ajar
Puisi
32 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
III. Metode Pembelajaran
- Contoh - Latihan
- Tanya jawab
IV. Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Bertanya jawab mengenai perbedaan bentuk karya sastra puisi dengan
karya sastra lainnya, seperti cerpen, novel, dan drama serta cara membacakan
puisi
B. Kegiatan Inti
• Mendengarkan pembacaan puisi
• Memberikan tanggapan tertulis terhadap pembacaan puisi
• Menyusun format penilaian pembacaan puisi
C. Kegiatan Akhir
• Menyimpulkan materi kegiatan membaca puisi
• Mengerjakan latihan
V. Sumber/Bahan/Alat
Teks puisi
Antologi puisi, majalah, surat kabar
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Menyampaikan tanggapan terhadap pembacaan puisi
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
2. Membuat penilaian terhadap pembacaan puisi
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
3. Membacakan teks puisi idola siswa
a. Ekspresif (3)
b. Kurang ekspresif (2)
c. Tidak ekspresif (1)
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 33
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 43, 44, 45, 46
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen
Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan cerpen
Indikator : Mampu
1. mengungkapkan penokohan disertai data tekstual
2. menjelaskan karakteristik tokoh dan latar cerita
3. menulis kembali cerpen dengan menyesuaikan diri
sebagai tokoh
4. menggunakan kata ulang
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mengungkapkan penokohan disertai data tekstual;
• menjelaskan karakterisik tokoh dan latar cerita;
• menulis kembali cerita pendek dengan menyesuaikan diri sebagai tokoh;
• menggunakan kata ulang.
II. Materi Ajar
Cerita pendek
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Bertanya jawab mengenai kebiasaan membaca cerpen
B. Kegiatan Inti
• Penjelasan mengenai penokohan dan latar
• Membaca dalam hati cerpen ”Puasa Pertama”
• Membuat catatan mengenai karakter tokoh dalam cerpen
• Menyimpulkan watak para tokoh dalam cerita ”Puasa Pertama”
• Mengisi tabel tentang karakteristik tokoh
• Memberikan pendapat mengenai tokoh
• Membahas kata ulang pada kalimat
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan pada buku latihan
34 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
V. Sumber/Bahan/Alat
Cerpen
Kumpulan cerpen, majalah, surat kabar
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
1. Menjawab pertanyaan
a. Benar semua (3)
b. Benar sebagian (2)
c. Salah semua (1)
2. Menulis cerita pengalaman
a. Baik (3)
b. cukup baik (2)
c. kurang baik (1)
3. Menyebutkan kata ulang dan membuat kalimatnya
a. benar (3)
b. kurang benar (2)
c. salah (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 47, 48, 49
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif
dan membaca memindai
Kompetensi Dasar : Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku
biografi yang dibaca secara intensif
Indikator : Mampu
1. membaca biografi tokoh
2. menuliskan keteladanan dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 35
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• membaca biografi tokoh;
• menuliskan keteladanan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
II. Materi Ajar
Biografi tokoh
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Bertanya jawab mengenai buku biografi yang pernah siswa baca
B. Kegiatan Inti
• Bertanya jawab mengenai tokoh B.J. Habibie
• Membaca dengan intensif biografi B.J. Habibie
• Menyebutkan keteladanan B.J. Habibie
C. Kegiatan akhir
• Mengerjakan latihan
• Menyebutkan kelebihan yang dimiliki oleh B.J. Habibie
V. Sumber/Bahan/Alat
Buku biografi B.J. Habibie
Biografi tokoh
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Menjawab pertanyaan mengenai tokoh B.J. Habibie
a. Benar semua (3)
b. Benar sebagian (2)
c. Salah semua (1)
2. Mengungkapkan kelebihan tokoh B.J. Habibie di depan kelas
a. Runtut (3)
b. Kurang runtut (2)
c. Tidak runtut (1)
3. Menyebutkan alasan suka dan tidak suka terhadap tokoh B.J.
Habibie
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
36 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 50, 51, 52
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui
kegiatan menulis kreatif puisi
Kompetensi Dasar : Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam
Indikator : Mampu
1. menulis puisi yang berisi gagasan sendiri
2. menampilkan pilihan kata yang tepat dan rima yang
menarik untuk menyampaikan maksud
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• menulis puisi yang berisi gagasan sendiri;
• menampilkan pilihan kata yang tepat dan rima yang menarik untuk
menyampaikan maksud.
II. Materi Ajar
Puisi
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Membuka kembali ingatan siswa mengenai cara menulis puisi
B. Kegiatan Inti
• Membaca teks puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat
• Menjelaskan isi puisi
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan di buku tulis
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 37
V. Sumber/Alat/Bahan
Pengamatan di luar kelas
Antologi puisi
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tulisan
1. Mengamati kesibukan kegiatan di luar sekolah
a. Antusias (3)
b. Kurang antusias (2)
c. Tidak antusias (1)
2. Membuat gagasan sendiri untuk membuat tema puisi
a. Bagus (3)
b. Kurang bagus (2)
c. Tidak bagus (1)
3. Menuliskan puisi berdasarkan hasil karangan
a. Bagus (3)
b. Kurang bagus (2)
c. Tidak bagus (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 53, 54, 55
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana lisan melalui kegiatan membaca wawancara
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang
tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara
Indikator : Mampu
1. menyimpulkan gagasan pokok wawancara
2. meringkas isi wawancara
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelajaran ini, siswa mampu
• menyimpulkan gagasan pokok wawancara;
• meringkas isi wawancara.
38 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
II. Materi Ajar
Teks wawancara
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Bertanya jawab mengenai atlet panahan Rina Dewi
B. Kegiatan Inti
• Menyimak pembacaan teks wawancara dengan atlet Rina Dewi
• Menuliskan pokok-pokok wawancara
• Menyimpulkan kegiatan wawancara
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan pada buku latihan
V. Sumber/Alat/Bahan
Teks wawancara
Radio, televisi, surat kabar
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Menyimpulkan pokok-pokok wawancara
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
2. Menyimpulkan pendapat narasumber
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
3. Meringkas isi wawancara
a. Sesuai (3)
b. Kurang sesuai (2)
c. Tidak sesuai (1)
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 39
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 56, 57, 58
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen
Kompetensi Dasar : Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek)
dengan realitas siswa
Indikator : Mampu
1. menentukan pokok-pokok peristiwa pada cerpen
2. menentukan latar peristiwa pada cerpen
3. menjelaskan hubungan cerpen dengan realitas sosial
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• menentukan pokok-pokok peristiwa dalam cerpen;
• menentukan latar peristiwa pada cerpen;
• menjelaskan hubungan cerpen dengan realitas sosial.
II. Materi Ajar
Cerita pendek
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Membuka kembali ingatan siswa mengenai identifikasi latar dan penokohan
B. Kegiatan Inti
• Membaca cerpen ”Dia yang Tereliminasi”
• Memberikan pendapat terhadap isi cerpen ”Dia yang Tereliminasi”
• Meringkas cerita dari buku yang telah dibaca
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan
• Menyampaikan hasil latihan di depan kelas secara bergiliran
V. Sumber/Alat/bahan
Cerita pendek
Novel, cerpen
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
40 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
1. Meringkas peristiwa pada cerita pendek
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
2. Menjelaskan latar suatu cerpen
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
3. Mengidentifikasi peristiwa dalam cerpen
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 59, 60, 61
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi
dan buku cerita anak
Kompetensi Dasar : Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam
buku cerita anak, baik asli maupun terjemahan
Indikator : Mampu
1. mengidentifikasi peristiwa pada cerita terjemahan
2. mencari hubungan peristiwa pada cerita dengan kehidupan
sehari-hari
3. menentukan peristiwa yang dialami sendiri sesuai isi cerita
4. menggunakan kata baku dan tidak baku
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• mengidentifikasi peristiwa-peristiwa pada cerita terjemahan;
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 41
• mencari hubungan peristiwa pada cerita dengan realitas kehidupan sehari-hari;
• menentukan peristiwa yang dialami sendiri yang sesuai dengan isi cerita;
• menggunakan kata baku dan tidak baku.
II. Materi Ajar
Cerita Indonesia dan cerita terjemahan
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab - Latihan
- Contoh
IV. Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Melakukan tanya jawab mengenai aktivitas siswa
B. Kegiatan Inti
• Membaca cerita terjemahan ”Mavis dan Zerelda”
• Mengisi tabel mengenai persamaan isi cerita kehidupan sehari-hari
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan pada buku latihan
V. Sumber/Bahan/Alat
Cerita Indonesia dan cerita terjemahan
Novel dan cerpen
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
5
1. Mengisi tabel tentang kesamaan isi cerita realitas kehidupan
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
2. Mencerminkan peristiwa yang dialami seperti dalam cerita
a. Menarik (3)
b. Kurang menarik (2)
c. Tidak menarik (1)
3. Menjawab pertanyaan tentang cerpen
a. Benar semua (3)
b. Benar sebagian (2)
c. Tidak ada yang benar (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 x 5) = 45
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
42 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Pertemuan Ke- : 62, 63, 64
Alokasi Waktu : 3 × 40 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan
pesan singkat
Kompetensi Dasar : Menulis pesan singkat dengan isi dengan menggunakan
kalimat efektif dan bahasa yang santun
Indikator : Mampu
1. menentukan pokok-pokok isi pesan yang akan ditulis
2. menulis pesan sesuai dengan isi yang akan disampaikan
3. memerhatikan sistematika pesan
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa mampu
• menentukan pokok-pokok isi pesan yang akan ditulis;
• menulis pesan sesuai dengan isi yang akan disampaikan;
• memerhatikan sistematika pesan.
II. Materi Ajar
Pesan singkat
III. Metode Pembelajaran
- Tanya jawab
- Contoh
- Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
• Mengingat kembali penulisan pesan singkat
B. Kegiatan Inti
• Membaca contoh pesan pendek
• Membahas cara penulisan pesan singkat dengan benar
• Menulis pesan singkat
C. Kegiatan Akhir
• Mengerjakan latihan
KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B 43
V. Sumber/Bahan/Alat
Pesan singkat
Anipudin dkk. 2007. Cermat Berbahasa 1B. Solo: Tiga Serangkai.
VI. Penilaian
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No. Aspek Penilaian Bobot Nilai
5
5
1. Menjawab pertanyaan mengenai isi pesan
a. Benar semua (3)
b. Benar sebagian (2)
c. Tidak ada yang benar (1)
2. Menulis pesan singkat
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
Keterangan
Skor maksimum 2 (3 x 5) = 30
Nilai perolehan siswa = skor perolehan
skor maksimum
x 100
44 KTSP Cermat Berbahasa SMP 1B
Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. ”Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2006. ”Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta: Depdiknas.
–––– . 2006. ”Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta: Depdiknas.
–––– . 2006. ”Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta:
Depdiknas.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.