Kamis, 14 Juli 2011

10 Unsur Kepribadian Seorang Pemimpin

Kepercayaan sangat penting dalam membangun hubungan dengan pihak lain, terutama dalam upaya mengelola beragam kepentingan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kepercayaan menjadi landasan dan nilai-nilai yang menopang kesediaan semua pihak untuk berdialog, menerima dan melakukan rekonsiliasi.

Kepercayaan akan membentuk persepsi positif terhadap orang lain bahkan pihak-pihak yang bersengketa. Membangun kepercayaan menjadi penting manakala setiap pihak membutuhkan suatu kerangka penyelesaian jangka panjang.

Dengan kata lain, kepercayaan harus dibangun sebagai langkah awal untuk menemukan cara penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik. Sebab, tanpa kepercayaan, kedamaian akan sulit dibangun.

Berikut diuraikan sepuluh unsur kepribadian seorang pemimpin yang dapat dipercaya yang disarikan dari berbagai pengamatan pola komunikasi dan pergaulan pribadi para tokoh pemimpin dunia dan orang-orang sukses. 

1. Menjaga Reputasi dan Karakter

Dalam hal ini, karakter sangat berkaitan dengan kapasitas personal dan kenyataan. Karakter menyangkut innate image sementara reputasi menyangkut social image. Mengutamakan innate image ini berarti being true to yourself, jujur terhadap diri sendiri atau menjadi otentik. Menjadi diri sendiri merupakan cara efektif untuk dapat membangun integritas. Reputasi (fame) merupakan pendapat umum—orang lain tentang karakter atau kualitas diri Anda. Sulit untuk mengontrol pendapat orang lain tentang diri Anda tetapi yang bisa dilakukan mengontrol apa yang Anda lakukan yang akan membentuk dan menjadi kesimpulan pendapat orang lain.diperlukan untuk menanamkan kepercayaan orang lain terhadap Anda selama dunia atau pekerjaan membutuhkan keterlibatan orang lain. Reputasi positif yang telah Anda bangun menjadi bagian penting dari modal personal Anda untuk memperkuat dan meningkatkan kredibilitas. Reputasi juga sangat penting bagi pemimpin untuk mendukung dan meyakinkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk mempertimbangkan pandangan dan pendapat dalam mengupayakan penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.

2. Menepati Janji dan Tepat Waktu

Janji merupakan bentuk ujian bagi seseorang untuk menepatinya. Pemenuhan janji menjadi salah satu parameter seseorang dapat dipercaya. Mudahnya orang mengumbar janjipun akan menurunkan tingkat kepercayaan. Janji dan tepat waktu merupakan salah satu bukti penting bahwa seseorang mampu memegang amanat dan tanggungjawab yang diberikannya. Tidak melakukan pengingkaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama. Semua beban tugas yang diemban pemimpin sebagai suatu bentuk kepercayaan yang harus dijaga sekuat tenaga dengan kemampuan mengelola sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan, yaitu waktu. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan hasil kerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan menjadi kunci sukses membangun kepercayaan dalam komunitas. Menghargai kesepakatan dan waktu merupakan cermin kekuatan personal Anda untuk dipercaya dan diberikan tanggung jawab dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.

3. Melayani dan Memberi

Seorang pemimpin tidak hanya memiliki kecerdasan dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan saja, lebih dari itu memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain terhadap keputusan atau kesepakatan yang dibuat oleh berbagai pihak. Kepribadian seorang pemimpin lebih banyak memberikan pelayanan dan lebih banyak memberi kepada orang atau komunitas yang dipimpinnya. The more you give to others, the more respect you get in return. Agama mengajarkan memberi (shadaqah) itu akan membuka pintu-pintu kebaikan baik di langit dan dibumi dan Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas kebaikan itu dengan berlipat ganda. Demikian sebuah nilai penghormatan terhadap orang yang banyak memberi dan berlaku baik terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang dipercaya justru lebih banyak menjadi pelayan masyarakat bukan sebaliknya. Oleh karena itu, memberi dan melayani merupakan bentuk cetak biru diri dan sukses dalam kehidupan.

4. Membuka Diri terlebih Dahulu

Kepercayaan tidak datang begitu saja tanpa keterbukaan diri terhadap orang lain atau pihak-pihak yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Keterbukaan tidak saja merujuk pada cara berfikir (open mind) tetapi menunjukan sikap menerima orang lain (respect) untuk masuk dalam lingkungan Anda. Pernah Anda bertemu orang yang banyak bertanya hal-hal bersifat pribadi tentang orang lain namun tidak pernah mau membuka dirinya sendiri. Orang seperti ini umumnya hidup dalam ketakutan dan kecurigaan. Kemungkinan sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan orang lain, karena dua hal ini merupakan lawan dari unsur yang membangun kepercayaan. Rasa percaya dan kebesaran hati untuk membuka diri terhadap lawan bicara atau semua pihak yang terlibat dalam suatu pekerjaan merupakan cermin bahwa kita nyaman dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi. Siapapun akan melakukan transaksi sosial atau bisnis sekalipun dengan orang-orang atau mitra yang terbuka. “Siapa yang mau bekerjasama dengan orang yang misterius”.

5. Bekerjasama dan Membina Hubungan Baik Dengan Orang Lain

Pemimpin yang senang membangun relasi dan kerjasama baik dengan berbagai pihak akan sangat membantu dalam mendorong upaya penyelesaian konflik yang dihadapi oleh kelompok atau masyarakat. Seorang pemimpin juga harus mampu membangun tim yang kuat untuk mewujudkan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Bangunan tim yang baik didasarkan adanya kesepahaman dan kekuatan jalinan hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dan tugas yang jelas. Loyalitas dibangun bukan hanya karena respon terhadap posisi tetapi lebih pada dorongan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga. Bekerja dalam tim sebagai wahana untuk membangun kepercayaan di antara anggotanya. Setiap orang akan memahami posisi dan tugasnya dengan baik serta bagaimana sikap yang mampu mendorong kinerja lebih baik. Demikian halnya, seorang mediator tidak terlepas dari kemampuan dalam menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang berbeda bahkan bertentangan. Kepercayaan dibangun melalui kesiapan menjadi seorang ‘team makers’, kesediaan seseorang untuk memberikan fokus dan perhatian kepada orang lain, memberikan kepercayaan, investasi dalam diri orang lain, dan hubungan yang sinergis.

6. Integritas Diri

Integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan. Secara sederhana integritas diwujudkan dalam bentuk kejujuran. Integritas dapat diartikan bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan, nilai, moral dan kode etik yang berlaku. Integritas dapat dipahami dari makna huruf menjadi kata bermakna. Jadi, bila kata tersebut disusun kedalam suatu untaian kalimat yang bermakna, maka pemahaman INTEGRITAS yaitu manusia secara sadar membuat (I)krar dengan membangun (N)iat sebagai keinginannya secara ihklas untuk meningkatkan kedewasaan (E)mosional agar memberi (G)una kedalam pikiran (R)asional dengan berbuat (I)hsan bakal memperoleh kebaikan duniawi yang berlandaskan dengan (T)aqwa, (A)manah dan (S)abar dalam bersikap dan berperilaku.

7. Daya Tahan Terhadap Tekanan

Dengan beban kerja yang ditanggungnya, pemimpin harus mampu melakukan fungsinya secara optimal terutama dalam memperkuat sendi-senid dasar masyarakat dalam menemukan pola menyelesaikan konflik dan menjaga perdamaian secara permanen. Disamping itu, pemimpin harus memiliki daya tahan terhadap tekanan berbagai pihak menyangkut upaya pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus tahan terhadap tekanan akibat krisis dan mampu menemukan jalan keluar pada saat terjadi situasi sulit. Tanggung jawab terhadap beban tugas yang sangat berat dapat memicu stress dan ketidaknyamanan. Sehingga orang lain akan percaya bahwa Anda termasuk orang yang memiliki daya tahan terhadap beban dan situasi sulit. Tanpa kemampuan menerima tekanan, seorang pemimpin sulit untuk memperoleh kepercayaan dari orang lain dan akan mudah membuat kesalahan. Hal ini akan merugikan diri sendiri dan orang yang dipimpinnya.

8. Berani Menanggung Resiko

Syarat menjadi seorang pemimpin yang dapat dipercaya tidak terlepas dari posisi dan kedudukannya dalam menghadapi beragam kemungkinan yang bersifat positif maupun negatif baik terhadap dirinya maupun tim yang dipimpinnya. Positif berarti keberhasilan atas sesuatu yang memberikan manfaat bagi kepentingan orang banyak, sedangkan negatif setiap keputusan dan tindakan akan berakibat pada kerugian. Pengambilan keputusan dengan cepat-cermat-tepat termasuk kesiapan mental terhadap kemungkinan terburuk dari keputusan itu sebagai kemampuan menanggung resiko. Manusia hidup tentu dengan tantangan dan resiko baik dalam pekerjaan, keluarga, pendidikan dan bermasyarakat. Resiko merupakan ujian seorang pemimpin untuk lolos dari berbagai tekanan yang menjadi bagian dari keputusan tentang dirinya dan orang atau lembaga yang dipimpinnya. Resiko yang dihadapi bagi pemimpin adalah batu loncatan untuk sukses menjadi orang yang dipercaya.

9. Memberikan yang Terbaik

Sebagai ujung tombak terdepan yang langsung berhubungan dengan masyarakat dalam melaksanakan amanah kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjanya dengan memberikan pelayanan terbaik untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Memberikan yang terbaik terkait dengan hasil kerja dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi antar unit dan semua pihak sehingga seluruh potensi yang ada dapat terarah dan terpadu. Setiap masalah yang dihadapi dapat diselesaikan secara bersama.

10. Komitmen yang Tinggi

Komitmen memberikan penekanan pada proses untuk mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan, dan tujuan. Komitmen sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap orang lain, kelompok, tim atau masyarakat, lebih dari itu menyiratkan hubungan antarpribadi, antarkelompok dan pihak lainnya dalam menyelesaikan konflik secara aktif. Seorang pemimpin yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan tim. Komitmen mencakup sasaran spesifik, rancangan bersama, dan tujuan yang bermakna.

Bahan Bacaan

-Pendekatan Membagun Kepercayaan

*Kedekatan Fisik, Morelan dan Zajone (1982) mengungkapkan bahwa intensitas kedekatan melalui pertemuan merupakan salah satu alasan kuat orang saling menghargai dan saling menyukai sehingga mereka dapat saling percaya (asalkan reaksi awalnya tidak negatif). Anda cenderung lebih percaya pada orang yang secara fisik bisa dilihat (dibandingkan dengan orang yang belum pernah dikenal sama sekali). Membangun kedekatan fisik membutuhkan komitmen yang cukup tinggi untuk sering bertemu, dan berkomunikasi. Fenomena ini banyak dimanfaatkan oleh para pekerja sosial dalam menjalankan misi kemanusiaan. Tingkat kehadiran dan pertemuan yang intensif dalam masyarakat mendorong pihak-pihak yang dilayaninya lebih dekat memberikan kepercayaan. Masyarakat akan cenderung lebih memilih untuk menerima pandangan atau gagasan orang-orang yang sudah dikenal dibandingkan dengan tawaran baru dari orang yang tidak dikenalnya. Masyarakat memiliki kecenderungan percaya pada orang yang secara fisik hadir dikenal baik daripada orang asing yang belum pernah dilihat. Jadi untuk membangun kepercayaan, langkah awal yang perlu dilakukan melalui pertemuan, dialog, komunikasi terbuka, wawancara indepth, bertemu dan memperkenalkan diri, dan kunjungan. Misalnya dengan melakukan kunjungan ”silahturahmi” secara fisik ke klien. Kunjungan tidak harus selalu bertujuan untuk melakukan sosialisasi program baru, tapi membangun kepercayaan melalui kedekatan fisik (dengan menanyakan apakah ada keluhan terhadap program pemberdayaan yang dilakukan dalam kelompok, layanan kesehatan, produk yang dikonsumsi, atau menggali kebutuhan lain.

Kedekatan fisik selanjutnya bisa dipererat melalui percakapan, komunikasi, dialog, atau diskusi. Jika Anda sering berkunjung, hanya sekedar melihat situasi saja, tidak pernah saling berkomunikasi secara personal. Anda tidak akan pernah mengenalorang lain dengan lebih baik. Sebaliknya mereka juga tidak bisa mengenal Anda dengan lebih baik. Orang yang tidak saling mengenal, cenderung tidak saling percaya. David J. Lieberman dalam bukunya Get Anyone To Do Anything mengatakan bahwa komunikasi menciptakan rasa saling percaya, dan memungkinkan Anda sebagai pemimpin untuk membangun jembatan psikologis dengan orang lain. Komunikasi yang dimaksud di sini tentu saja komunikasi dua arah, yaitu yang mencakup tindakan menyampaikan pendapat, informasi dan menerimanya. Hal penting yang perlu dilakukan Anda dengan membangun komunikasi yang tulus sehingga orang lain bisa mengerti apa yang menjadi maksud dan tujuan Anda. Sebaliknya Anda bisa mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain.

*Kedekatan Intelektual, Kedekatan fisik saja tidak cukup untuk membangun kepercayaan. Kemampuan intelektualpun menjadi penting untuk meningkatkan kualitas kedekatan fisik yang telah terbangun. Kedekatan intelektual perlu diterapkan juga agar kepercayaan tidak hanya pada permukaan saja, tapi mampu mempengaruhi pola berfikir orang lain. Sasaran kedekatan intelektual berupa keinginan untuk dimengerti. Jika kondisi saling mengerti bisa diciptakan maka kepercayaan akan lebih mudah dibangun antara kedua belah pihak. Kedekatan intelektual bisa dikembangkan dengan mencari kesamaan pengalaman, keahlian dan bahasa yang digunakan.

Kedekatan intelektual melalui kesamaan pengalaman terkait dengan kemampuan menyatukan pemikiran diri dan orang lain terhadap realitas yang terjadi atau dihadapi. Pengalaman merupakan dasar sebuah pengetahuan yang akan mewarnai tindakan dan keputusan yang diambil. Pengalaman bisa digali dari lingkungan sosial dan budaya yang serupa. Misalnya dalam membentuk opini publik tentang peraturan atau kebijakan tentang otonomi dan peraturan daerah lainnya yang memperngaruhi perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat. Kedekatan pengalaman karena pertemuan, berbagai kesamaan tempat, kebiasaan, harapan dan tujuan. Fenomena David J. Lieberman menjelaskan mengapa dua orang yang baru saja berkenalan bisa langsung akrab dan saling percaya. Fenomena ini juga dimanfaatkan oleh para pebisnis untuk membidik pasar yang memiliki pengalaman sama. Misalnya, stasiun televisi menyajikan acara dengan seorang pemandu sesuai dengan karakteritik pendengar baik usia maupun tingkat pendidikan akan lebih mudah diterima dan lebih dapat dipercaya dari pada presenter yang usianya jauh berbeda. Kesamaan bahasa akan membentuk pengalaman yang menentukan kualitas hubungan. Misalnya seorang arsitek yang menjelaskan konsep desain dengan bahasa teknis arsitektur tidak akan dimengerti oleh pemilik rumah yang tidak mempunyai latar belakang perencanaan. Jika seorang pemilik toko komputer yang juga ahli komputer mencoba menjual komputernya kepada calon pembeli dengan bahasa teknis pemograman, maka sudah pasti calon pembeli (yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan di bidang komputer) tidak akan mengerti manfaat ataupun keunggulan yang dipaparkan oleh supplier itu. Hasilnya mudah ditebak, sang pasien tidak mau lagi berkunjung ke dokter yang sama (karena tidak mengerti apa yang dikatakannya), pemilik rumah akan mencari arsitek lain yang bisa lebih memahami apa yang menjadi keinginannya, dan calon pembeli komputer akan mencari toko lain yang bisa lebih mudah menerangkan manfaat ataupun spesifikasi dari komputer yang akan dibelinya.

Dalam membangun kepercayaan di tingkat komunitas, hal pertama yang perlu dibangun menyangkut pengertian tentang tujuan dan harapan yang hendak dicapai. Tanpa adanya ‘saling mengerti’ tidak akan ada ‘saling percaya’. Gunakan bahasa yang dapat menyamakan pemahaman terhadap orang lain atau lawan bicara Anda sehingga apa yang diinformasikan dapat diterima dan dimengerti sekaligus Anda menjadi orang yang dipercaya.

*Kedekatan Emosional, Kedekatan fisik dan intelektual memang perlu dibangun, tetapi yang paling penting adalah mempertahankan kedekatan secara emosional. Kedekatan emosional yang membuka kunci ”kepercayaan” orang lain. Tanpa adanya kedekatan ”emosional”, rasa percaya tidak akan pernah ada. Kedekatan emosional bisa muncul jika ada rasa saling menyukai, keinginan untuk saling membantu, dan ketulusan untuk saling menghargai, saling menyukai.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa orang cenderung akan lebih mempercayai orang yang disukai, sebaliknya akan cenderung menyukai orang yang juga menyukainya.
(*)Rasa saling menyukai dimulai dari saling pengertian diantara dua pihak. Jika tidak, maka rasa saling percaya juga tidak dapat tumbuh. Dua orang yang saling menyukai akan saling mendukung, saling berusaha melakukan yang terbaik.
(*)Rasa saling percaya. Dengan demikian jika Anda berusaha untuk disukai, tunjukanlah secara halus dan tidak memaksa. Tunjukkan bahwa Anda menyukai mereka (menghargai, memberikan perhatian dan menghormati mereka). Jika Anda tahu bahwa ada orang lain yang menyukai Anda, maka Anda secara emosional akan cenderung lebih membuka diri kepada orang itu.
(*)Rasa saling menolong. Seseorang akan memiliki tingkat kepercayaan jika orang tersebut pernah memperoleh kebaikan dan ketulusan. Namun, pertolongan ini hanya dilakukan satu arah saja (dari satu pihak saja), akan terjadi ketidakseseimbangan dalam hubungan, yaitu satu pihak (yang ditolong) bisa saja percaya pada pihak lain (yang menolong), tetapi tidak sebaliknya. Jadi, agar kita bisa saling percaya, Anda perlu juga memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk menolong Anda. Fenomena ini diungkapkan Michael Dell pemilik merk komputer ternama dalam membangun bisnisnya. Michael Dell memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk menentukan sendiri spesifikasi produk komputer yang akan dibelinya, dengan memasukkan spesifikasi tersebut pada form pembelian komputer secara online.
(*)Saling menghargai, Jika seseorang memfokuskan usaha untuk membuat orang lain menghargai dirinya, maka akan menghadapi banyak kesulitan. Setiap manusia akan selalu berusaha menjadi sosok yang sempurna di mata orang lain agar dihargai. Sebagai manusia yang tidak sempurna tentu memiliki kelemahan. Sebaliknya, jika Anda memfokuskan usaha untuk menghormati orang lain (pendapat mereka, ide, gagasan, masukan, nasihat, keluhan, dan harapan masyarakat), maka akan lebih mudah bagi Anda untuk membuat masyarakat menghargai Anda. Menghargai orang lain dan mendengarkan dengan sabar keluhan masyarakat, antusias terhadap masukan yang diberikan, memanfaatkan ide yang diusulkan, maka orang lain merasa bahwa Anda menjadi orang yang dapat mereka percaya. Sehingga ketika tiba saatnya kita memberikan pendapat, ide, nasihat dan masukan kepada mereka, akan lebih menghargainya.